Perkembangan Manajemen Produksi Dan Operasi

Perkembangan Manajemen Produksi Dan Operasi
Perkembangan Manajemen Produksi Dan Operasi

Perkembangan manajemen produksi dan operasi yang begitu pesat saat ini didorong oleh faktor faktor-faktor, yaitu sebagai berikut:

  1. Perkembangan alat dan tekhnologi
  2. Revolusi industri
  3. Perkembangan ilmu dan metode kerja, yang mencakup metode ilmiah, dan konsep-konsep yang spesifik seperti model pengambilan keputusan, ergonomi, quality management, dan lain-lain.

Perkembangan alat dan teknologi

Penggunaan alat-alat pengungkit dan roda penggerak sederhana oleh manusia di awal peradaban merupakan awal dari sejarah industri. Tahun 1664 Hargreves menciptakan “Spinning Jenny“, adalah sebuah alat pemintal. Gagasan ini dikembangkan oleh Arkwight dengan menciptakan alat pemintal yang berpenggerak tenaga air, pada tahun 1669. Sedangkan Cronton menciptakan alat tenun yang disebut “Mute” pada tahun 1779.

Perkembangan Manajemen Produksi Dan Operasi
James Watts

Pada abad ini, James Watts menciptakan mesin uap. Industri semakin berkembang dengan diciptakannya alat tenun “bermesin” oleh Cartwright pada tahun 1785.

Penemuan-penemuan ini mendorong perkembangan industri di inggris, yang merupakan tahap awal indstrialisasi di dunia.

Tekhnologi industri pada saat itu mulai berkembang, dengan adanya peningkatan dan perbaikan. Dimulai oleh Eli Whitney, yang mendapatkan kontrak-kontrak kerja dari pemerintah, mengembangkan parts dan komponen yang dapat saling dipertukarkan, ini terjadi di rentang tahun 1798 – 1800. Usaha menciptakan parts dan komponen ini telah mendorong percepatan perkembangan industri.

Perkembangan industri seperti ini membutuhkan sebuah kegiatan yang terorganisasi. Pertama-tama yang perlu dilakukan yaitu pengorganisasian dan perencanaan produksi dan operasi. Kemudian timbul gagasan pengembangan sistem produksi pabrik, dimana kualitas besi baja mulai diperhatikan dan penggunaan mesin uap meningkat pesat. Dalam periode ini berdiri industri-industri teknik dan alat-alat permesinan, sampai diciptakannya mesin-mesin dengan pembakaran internal, yang kemudian melahirkan produk seperti mobil.

Industri setelah abad ke-19 mulai mengembangkan metode produksi dan operasi yang efisien dan modern ini dimulai dengan usaha sear rebuck dalam mengorganisasi operasi penjualan melalui pos di chicago, Henry Ford dengan industri mobilnya, sedangkan di inggris dengan industri perlengkapan senjata untuk PD I. Inilah awal penerapan standarisasi untuk parts dan komponen dalam industri skala besar.

Dengan adanya  standarisasi ini, parts dan komponen dapat dipertukarkan. Henry Ford (1913) membangun lini perakitan mobil yang pertama, dan dapat dipindah-pindah. Pada lini perakitan seperti ini dibutuhkan standarisasi parts dan pekerjaanya dilakukan oleh tenaga spesialis. Sejak komputer diperkenalkan pada tahun 1950, banyak produksi dan operasi manufacture, menggunakan kompoter antara lain untuk manajemen persediaan, scheduling, pengendalian mutu dan sistem pembiayaan.

Pada akhir-akhir ini penggunaan tekhnologi canggih atau modern telah diintegrasikan kedalam industri. Bahkan langkah ini, menjadi alternatif solusi, terhadap tuntutan pasar yang menginginkan kualitas produk yang lebih baik, harga lebih rendah, variatif dan memiliki nilai tambah.

Revolusi Industri

Pada dasarnya revolusi industri merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Dorongan terbesar terjadinya revolusi industri ini saat penemuan mesin uap oleh James Watts pada tahun 1764. Mesin ini menjadi pendorong utama tenaga mesin penggerak pada pertanian pabrik. Percepatan revolusi industri terjadi pada tahun 1800 dengan dikembangkannya mesin yang menggunakan bahan bakar dan listrik.

Revolusi industri di inggris tidak berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi, budaya dan politik. Revolusi itu sendiri merupakan suatu perubahan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada bidang perdagangan, industri, dan teknik yang terjadi di Eropa, terutama di inggris pada abad ke-18.

Penemuan mesin-mesin (meski berpenggerak manual) mendorong pemilik bermodal besar untuk memperkerjakan banyak tenaga-tenaga buruh, dan mendirikan gedung-gedung besar. Tempat-tempat kerja buruh yang digunakan untuk berproduksi disebut manufacture. Manufacture-manufacture inilah yang merupakan langkah awal terjadinya proses industrialisasi.

Revolusi industri adalah awal dari industrialisasi di inggris, didukung oleh kekayaan alam (biji besi, batubara) industrialisasi berkembang semakin cepat, perkembangan revolusi industri menrong timbulnya produksi dan pemasaran secara masal, mengawali timbulnya gagasan automatisasi, serta menimbulkan pergeseran perkembangan orientasi perekonomian dari produksi barang ke produksi jasa.

Perkembangan industri dalam industrialisasi sebagai dampak revolusi industri disebabkan masalah ekonomi khususnya dan kemanusiaan umumnya, yaitu sebagai berikut :

  1. Bertambahnya penggunaan mesin
  2. Efisiensi produksi batubara, besi dan baja
  3. Pembangunan jalur kereta api, perkembangan alat transportasi dan komunikasi
  4. Meluasnya sistem perbankan dan perkreditan.

Perkembangan industri di inggris sangat ditunjang oleh luasnya daerah-daerah koloni yang dikuasi kerjaan inggris saat itu, yang sekaligus menjadi daerah-daerah pemasaran yang sangat potensial.

Perkembangan ilmu dan metode kerja

Perkembangan management produksi dan operasi ditandai oleh usaha manusia untuk meningkatkan hasil produksi dengan melakukan pembagian kerja (Devision of labor). Konsepnya pembagian kerja akan menimbulkan spealisasi, pekerjaan tunggal yang dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang mulai diperkenalkan oleh Adam Smith, seiring dengan perkembangan industri itu sendiri, muncul konsep-konsep dalam industri manufacture yang lebih spesifik, seperti model-model pengambilan keputusan, ergonomi, quality management dan lain-lain.

  1. Adam Smith (1776)

Orang pertama yang membahas dan memperhatikan pentingnya pembagian kerja agar produksi secara efisien (Production Economic) adalah Adam Smith. Beliau memperhatikan bagaimana berproduksi secara efisien di sistem produksi skala kecil yang berbasis rumah tangga hingga pabrik.

Perkembangan sistem produksi rumah tangga menjadi sistem produksi pabrik terdapat dalam industri tekstil, diabad ke-18. Usaha-usaha dalam sistem produksi tekstil ditujukan untuk dapat memproduksi dalam jumlah relatif besar dengan kualitas lebih baik.

Dari penelitian sistem produksi pabrik, pada tahun 1776  Adam Smith menulis buku tentang “Wealth Of  Nation” yang artinya “Kemakmuran Negara”. Dalam bukunya, Adam Smith menyatakan, dengan pembagian kerja terdapat spesialiasisai tenaga kerja yang akan meningkatkan hasil produksi, yang disebabkan oleh 3 (tiga) faktor yaitu sebagai berikut :

  1. Peningkatan kecekatan dan ketangkasan dari sebagian pekerja, serta bertambahnya keterampilan seseorang karena pekerjaan yang berulang-ulang.
  2. Menghindari loss time saat terjadi perubahan tugas.
  3. Ditemukannya mesin dan peralatan yang terspesialisasi, mengikuti usah-usaha manusia dalam ruang lingkup yang terbatas sebagai pengganti tenaga manusia.

Efisiensi perusahaan dicapai karena biaya produksi yang lebih rendah dan jumlah produksi lebih besar.

  1. Charles Babbage (1832)

Pada tahun 1852, Charles Babbage menulis buku tentang “On The Of Machinery and Manufacture“. Dalam bukunya, beliau mengutarakan pentingya pemakaian mesin-mesin secara ekonomis dan perlunya mengorganisir orang-orang dalam memproduksi barang-barang secara efektif dan efisien. Ini berarti keterampilan dan waktu yang diperlukan untuk suatu pekerjaan harus ditentukan atas dasar penyelidikan yang rasional, penyelidikan ini terkenal dengan nama “Skill and Time Studies“.

Penelitian times studies dilakukan terhadap proses pembuatan peniti, yaitu menyelidiki berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses produksinya, dengan times studies, beliau menyimpulkan beberapa pendapat dan ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan proses produksi. Pada dasarnya beliau telah memperbaiki gagasan pembagian kerja-nya (Adam smith).

Beliau mengajukan pendapat akan perlunya dijalankan upah harian yang layak untuk pekerjaan yang layak dalam satu hari (Fair day’s wage for a fair day’s work). Meski gagasannya lebih maju dari Adam Smith, kenyataanya pada masa itu belum punya pengaruh besar bagi para industrialisasi dan pengusaha.

  1. Frank dan Lilian Gilberth (1911)

Pada mulanya Frank Gilberth adalah seorang kontraktor bangunan yang berhasil di Amerika Serikat. Ketika melihat cara pekerja-pekerjaanya bekerja, dia melihat ketidak efisienan gerakan-gerakan kerja saat menyusun batu batu. Semakin lama, Gilberth semakin terdorong untuk mempelajari kelemahan – kelemahan cara kerja demikian dan ingin mencari kemungkinan mengatasinya.

Akhirnya bidang konstruksi ditinggalkan, dengan bantuan istrinya, Lilian seorang psikolog, gilberth meneliti gerakan-gerakan kerja yang dilakukan pekerja dan diamati dengan cermat dengan menggunakan kamera-kamera film. Gerakan yang terekam diputar kembali dengan gerakan sangat lambat untuk diamati.

Dari penetiannnya, beliau mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja, kemudian memperbaikinya. Prosedur ini membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen dasar yang merupakan bagian dari suatu gerakan.

Gilberth mengemukakan, perbaikan gerakan lebih mungkin dilakukan dengan memperbaiki elemen-elemennya, pada tahun 1911 beliau menerbitkan buku tentang “Motion Study” peranan isterinya cukup besar, khususnya dalam memberikan perhatian pada segi-segi psikologis yang berhubungan dengan gerakan-gerakan kerja dan perbaikannya.

Melengkapi studi gerakan yang menganalisa gerakan melalui elemen-elemennya, keduanya mengembangkan serangkaian prinsip-prinsip perancangan sistem kerja yang dikenal dengan Ekonomi Gerakan. Prinsip ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan terjadinya kelemahan (Fatique).

  1. Frederick Winslow Taylor (1911)

Taylor mempunyai andil yang besar dalam perkembangan manajemen dan teknik industri. Belaiu bekerja di pabrik baja di Amerika pada tahun 1911 sebagai seorang pengawas. Disana belaiu melihat pekerja yang tidak berprestasi semestinya, dalam pandagannya, pekerja-pekerja tersebut menghasilkan dibawah yang sebenarnya dapat dihasilkan.

Beliau menduga penyebab terjadinya hal tersebut adalah harena pengaturan jam kerja yang tidak baik. Setelah menyakinkan hal ini pada pimipinannya, taylor mendapat izin dan dana untuk melakukan penelitian mengenai pendapatnya.

  1. Elton Mayo (1933).

Warga negara Australia, memulai beberapa studi disautu perusahaan listrik pada tahun 1933, yaitu western electric company, howthorne, chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi operator kerja pada unit perakitan.

Pengkajian-pengkajian ini menunjukkan bahwa usaha-usaha untuk memotivasi para pekerja adalah sangat penting di dalam meningkatkan produktivitas.

  1. F.W.Harris (1915)

Pada tahun 1915, mengembangkan formula kuantitas atau jumlah pemasaran ekonomis, yang dikenal sebagai “Economics order quality (EOQ)” untuk manajemen persediaan.

  1. Walter A. Shewhart (1931)

Dari bell laboratories, tahun 1931 dalam bukunya “Economics control of quality of manufacture products” beliau memperkenalkan model kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang digunakan dalam pengendalian kualitas secara statistik (Statistical quality control).

  1. George Dantzig (1947)

Tahun 1947, george dantzig mengembangkan metode simple dari linier programing, yang memungkinkan pemecahan seluruh kelas model management matematis.

Demikian pembahasan penulis mengenai Materi Tentang Perkembangan Manajemen Produksi Dan Operasi. Semoga bermanfaat bagi Anda.