Pembelajaran Sosiologi Secara Saintifik

Dalam kehidupan sehari-hari, adalah tidak mungkin untuk mengabaikan adanya realitas dan masalah sosial yang mewarnai hubungan antar individu dalam masyarakat. tidak jarang juga suatu masalah sosial bahkan membekas sedemikian mendalam sehingga mempengaruhi berlangsungnya relasi sosial secara jangka panjang. Di sinilah peran sosiolog atau mereka yang telah mempelajari Sosiologi sangat diperlukan untuk memberikan kontribusi atau sumbangsih pemikiran.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan, Sosiologi tidak terpaku pada teori dan konsepsi belaka, tetapi dapat pula diterapkan untuk memahami sekaligus merekomendasikan solusi bagi fenomena sosial yang senantiasa berubah. Atau, dengan perkataan lain, Sosiologi mencakup stabilitas (social statics) serta perubahan (social dynamics).

Sosiologi, dalam arti seutuhnya, bukanlah sekedar deretan konsep dan teori yang harus dihafalkan. Bukan pula suatu bidang ilmu yang membingungkan karena banyaknya hal yang mesti dipahami. Sebagai sebuah ilmu, Sosiologi sejatinya memiliki peran yang sangat penting berkaitan dengan upaya memberdayakan masyarakat (community development) sebagai sebuah cikal bakal menuju kemandirian. Sosiologi menyediakan alat dan perspektif yang dibutuhkan untuk mengelola potensi konflik serta mempertahankan keteraturan dalam masyarakat.

Dengan demikian, proses pembelajaran tentunya tidak cukup bila hanya sebatas pertemuan tatap muka untuk menjabarkan materi sesuai tuntutan kurikulum, melainkan harus disertai kegiatan-kegiatan yang mendekatkan peserta didik dengan realitas sosial aktual masyarakat. Ini mutlak dilakukan supaya apa yang diajarkan lebih membumi dan bukan semata-mata konsep atau pun teori yang terkesan ilmiah namun tanpa makna. Untuk itulah, pembelajaran harus dilakukan menurut langkah-langkah saintifik sesuai tuntutan Kurikulum 2013 :

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, ketika itu pula ia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, kala itu pula ia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya, guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan.

3) Menalar

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah tidak selalu tak bermanfaat.

4) Mencoba

Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif.

5) Membentuk jejaring

Peserta didik dapat membentuk jejaring yang lebih luas dengan menginformasikan atau pun berbagi tentang hasil penugasan, proyek atau makalah melalui berbagai media.