Strategi Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi)

Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila startegi tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. 

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani , “stratego” yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam membantu warga belajar dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar. Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik dengan lingkungannya. 

Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan produktifitas kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran (Sudjana, 2005) Menurut Dick dan Carey (1990 : 1) strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Lebih lanjut Dick dan Carey (1990: 1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 

  1. kegiatan pra instruksional, 
  2. penyajian informasi, 
  3. partisipasi peserta didik, 
  4. tes, dan 
  5. tindak lanjut. 

Gagne dan Briggs dalam Atwi Suparman (1996: 156) mengemukakan sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 

  1. memberikan motivasi atau menarik perhatian, 
  2. menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 
  3. mengingatkan kompetensi prasyarat, 
  4. memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep), 
  5. memberikan petunjuk belajar, 
  6. menentukkan penampilan peserta didik, 
  7. memberi umpan balik, 
  8. menilai penampilan, 
  9. menyimpulkan. 

Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan. Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca, menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam kelompok belajar. 

Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis, membaca dan seterusnya. 

Keefektifan kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengarahkan, dan membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis. 

Kegiatan pembelajaran partisipatif sebagai upaya pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:155) keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu: perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. 

Partisipasi dalam perencanaan merupakan bentuk keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan menentukan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia,. Hasil dari identifikasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembelajaran.dan penetapan program kegiatan pembelajaran. 

Partisipasi dalam pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif ditandai dengan 

  1. kedisiplinan peserta didik, 
  2. terjadi hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik yang akrab, terbuka, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar, 
  3. Interaksi pembelajar yang sejajar. 

Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada peran peserta didik (student centered). Peserta didik diberikan kesempatan secara luas dalam kegiatan pembelajaran, peran pendidik membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menciptakan iklim pembelajaran kondusif, misalnya: pendekatan tematik, descoveri-inkuiri, kontektual, cooperative learning, konstruktrukvistik, meaningfull learning, dsb. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan, misalnya; metode diskusi, tanya jawab, problem solving, discovery-inkuiri, simulasi, brainstorming, role playing, games, siklus belajar berbasis pengalaman, demonstrasi, kooperatif, dan sebagainya. 

Partisipasi dalam evaluasi pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menghimpun informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan perubahan yang dirasakan selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam partisipasi evaluasi pembelajaran ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan penilaian pada seluruh komponen pembelajaran (refeksi pembelajaran) dan suasana diri (moood meter) dalam mengikuti pembelajaran. 

Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif adalah: 

  1. melakukan asesment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran. 
  2. Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentuka indicator pencapaian tujuan pembelajaran. 
  3. Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran 
  4. Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran 
  5. Merumuskan tujuan pembelajaran 
  6. Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu. 
  7. Memilih fasilitas pembelajaran dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran. 
  8. Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran. 
  9. Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 

Menurut Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam praktek pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu: 

  1. adanya partisipasi secara sukarela, 
  2. adanya perasaan respek secara timbal balik, 
  3. Adanya semangat berkolaborasi dan kooperasi, 
  4. adanya aksi dan refleksi, 
  5. tersedianya kesempatan refleksi kritis dan 
  6. adanya iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar secara mandiri. 

Prinsip tersebut sangat berkaitan dengan karakteristik orang dewasa yang telah memiliki konsep diri dan pengalaman yang cukup banyak. Konsep diri orang dewasa telah mandiri dan bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam menentukan pilihan atau keputusan pemecahan masalah. Pengalaman merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi orang dewasa. Setiap peserta memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat pendidikan, kematangan dan lingkungan yang berbeda pula. Untuk itu pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 

  1. peserta sebagai sumber belajar, oleh karena itu teknik pembelajaran yang diterapkan diorientasikan pada upaya penyerapan pengalaman mereka melalui; diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, focus broup discussion. 
  2. penekanan pada aplikasi praktis, pengetahuan baru, konsep-konsep, dan pengalaman baru dapat dijelaskan melalui pengalaman praktis yang pernah dialami peserta didik. Hasil dari pembelajaran dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupannya. 
  3. materi pembelajaran dirancang berdasarkan pengalaman dan kondisi peserta didik