Belajar Sistem Daring, Siapa yang dikorbankan?

Masa pandemi virus corona belum berakhir mengakibatkan semua sendi kehidupan menjadi berantakan. Program new normal hanya menciptakan suasana baru tetapi tidak memberi solusi bagi kembalinya kehidupan yang normal seperti sebelum masa covid-19. Tidak terkecuali dunia pendidikan. 

Melalui kebijakan kementerian pendidikan nasional, setiap satuan pendidikan khususnya daerah-daerah yang masih berstatus merah diwajibkan memulai proses belajar melalui sistem daring. Belajar dari rumah dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi misal HP, Laptop atau gadget lainnya yang memungkinkan untuk bisa saling terhubung dengan guru. 
Belajar sistem daring selain memberi keuntungan karena proses belajar tetap berjalan namun juga menyisahkan berbagai persoalan. Sejumlah masalah yang ditemukan selama pelaksanaan belajar sistem daring seperti berikut: 
  1. Masih banyak siswa yang belum memiliki perangkat teknologi informasi, hal ini menyebabkan siswa dimaksud tidak dapat mengikuti pelajaran. Beberapa sekolah memberi solusi dengan cara menyiapkan belajar sistem tatap muka langsung dengan guru. Akan tetapi cara ini ternyata tidak maksimal sebab perhatian guru terbagi antara mengajar siswa melalui daring dan tatap muka langsung. 
  2. Keterbatasan ekonomi sebagian orang tua siswa yang menyebabkan ketidaksanggupan membeli paket data termasuk gadget. 
  3. Sebagian guru cenderung hanya mengirim tugas dan bahan ajar kepada siswa tanpa ada penjelasan materi yang dapat dipahami oleh siswa. Hal ini dapat memicu tingkat kebosanan dan stress siswa. Metode ini memaksa orang tua berperan sebagai guru bagi anaknya, namun pada kenyataannya sebagian orang tua kekurangan pengetahuan terkait materi yang ditugaskan kepada siswa. 
  4. Kecenderungan anak memiliki jiwa yang hanya bisa belajar dari orang lain seperti guru. Terhadap orang tua, mereka lebih acuh bahkan memberontak sekalipun orang tuanya bekerja sebagai guru juga. 
  5. Anak usia TK dan SD lebih suka bermain bersama teman dilingkungannya daripada belajar atau menyelesaikan tugas yang dikirim guru melalui daring. Inilah dilema yang dihadapi orang tua, keras terhadap anak dapat mengganggu kejiwaan anak yang berdampak pada perkembangan mentalnya menjurus ke prilaku keras kepala, sebaliknya membebaskan mereka dapat mempengaruhi hasil belajar anak dan kempetensinya. 
  6. Materi yang disajikan guru melalui aplikasi meeting online tidak memuaskan karena tampilannya terlalu kecil 
  7. Belajar online terutama yang menggunakan aplikasi online sangat membosankan bagi siswa. Hasilnya banyak siswa membiarkan HP tetap terhubung dengan room belajar akan tetapi kenyataannya mereka justru berada ditempat lain dengan aktivitasnya sendiri. 
Dan masih banyak lagi masalah sebagai dampak pembelajaran secara daring. Akan tetapi kita juga tidak bisa abai terhadap pandemi covid-19. Panduan protokol kesehatan dari pemerintah wajib ditaati sembari berdoa agar covid 19 segera berakhir sehingga kehidupan kembali normal tentunya dengan cara yang paling mudah dilakukan yakni memutus mata rantai penyebarannya mengikuti protokol kesehatan.