Dasar-dasar Frasa dalam Bahasa Indonesia

Dasar-dasar Frasa dalam Bahasa Indonesia
Dasar-dasar Frasa dalam Bahasa Indonesia

DASAR-DASAR FRASA

Pengertian

Menurut Cook (1971) yang dikutip oleh Kentjono (1982) frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa. 

Ramlan (1981) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih yang tidak melampuai batas fungsi. Yang dimaksud dengan fungsi disini adalah fungsi subjek dan fungsi predikat.

 
Kedua ahli bahasa di atas dapat saling melengkapi, mereka sepakat bahwa frasa terdiri atas dua kata atau lebih. 

Definisi Ramlan lebih membatasi bahwa konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih itu tidak boleh melampaui batas fungsi subjek dan predikat. 

Jika konstruksi tersebut memiliki kedudukan sebagai predikat dan objek, maka konstruksi itu adalah klausa dan bahkan apabila diikuti dengan kesenyapan awal dan akhir, maka konstruksi itu adalah kalimat.

Contoh konstruksi
  1. Teman bermain adik
  2. adik bermain
  3. Adik bermain

Konstruksi  (1) adalah frasa karena konstruksi yang terdiri atas tiga kata itu tidak melampaui batas fungsi, maksudnya ketiga kata itu merupakan satu kesatuan yang hanya berfungsi sebagai subjek, tanpa ada unsur predikatnya. Konstruksi (2) adalah frasa karena adik adalah subjek, kemudian bermain yaitu predikat. 

Jadi konstruksi (2) melampuai batas fungsi. Konstruksi (3), selain telah melampaui batas subjek, juga memiliki kesenyapan awal berupa huruf  kapital dan kesenyapan akhir berupa titik. Konstruksi demikian disebut dengan kalimat.

Jenis Frasa

Ada beberapa jenis frasa, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Berdasarkan distribusi unsurnya dalam konstruksi yang lebih luas, frasa itu bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris.
 
Pada frasa endosentris terdapat unsur pusat atau unsur inti dari salah satu unsur yang membentuknya. Karena adanya unsur pusat atau unsur inti itulah, maka unsur inti itu bisa berdistribusi ke semua unsur yang membentuknya. 

Frasa adik saya adalah unsur endosentris. Unsur inti frasa tersebut adalah adik. Unsur inti berupa adik dapat berdistribusi dengan frasa adik saya. 

Demikian juga dengan konstruksi yang lebih luas. Unsur intinya dapat berdistribusi dengan konstruksi tersebut.

Perhatikan pola konstruksi di bawah ini!

  1. Adik saya bermain di kamar
Dua frasa yang membentuk konstruksi di atas dibahas di atas. Sedangkan frasa ketiga blum dibicarakan, yaitu di kamar. Frasa di kamar unsur intinya adalah kamar. 

Unsur inti dari frasa diatas tidak beristribusi dengan di kamar. Jika dipaksakan, maka akan menjadi seperti berikut ini merupakan konstruksi yang tidak diterima.

  1. Adik saya bermain di.
  2. Adik saya bermain kamar.
Frasa yang pusat inti atau unsurnya tidak berdistribusi sama dengan frasa yang dibentuknya seperti di kamar di atas disebut frasa eksosentris. 

Dari sudut pandang yang lain, ada pula yang memberikan batasan bahwa frasa endosentris terjadi apabila kategori frasa yang bersangkutan sama dengan kategori unsur pusatnya. 

Sebaliknya, sebuah frasa dikatakan sebagai frasa eksosentris jika kategori frasa yang bersangkutan tidak sama dengan kategori unsur pusatnya.

 
Berkaitan dengan hal di atas, Oka dan Suparno (1994) menyebutkan bahwa frasa yang potensial sebagai frasa endosentris adalah frasa nominal atau frasa benda, frasa verbal atau frasa kerja, frasa adjektiva atau frasa sifat, frasa numeralia atau frasa bilangan.
 
Dilihat dari status unsur-unsur yang membentuknya, frasa endosentris dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) frasa endosentris yang koordinatif, (2) frasa endosentris yang atributif, (3) frasa endosntris yang apositif.
 
Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang unsur-unsur pembentukannya menunjukkan hubungan setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsurnya itu dihubungkan dengan kata penghubung (konjungsi) dan atau atau. 

Apabila kemungkinan unsur-unsur pembentuk frasa endosentris koordinatif itu dapat dihubungkan dengan konjungsi dan, frasa demikian oleh Keraf (1991) disebut dengan frasa endosentris koordinatif bertipe aditif (penjumlahan). 

Tetapi jika kemungkinan unsur-unsuryan dapat dihubungkan dengan konjungsi atau , maka frasa itu tersebut dinamakan frasa endosentris koordinatif bertipe alternatif (pilihan).

 
Frasa endosentris atributif adalah frasa yang unsur-unsurnya tidak setara. Frasa endosentris atributif terdiri atas unsur pusat sebagai unsur yang diterangkan (D) dan unsur atribut sebagai unsur yang menerangkan (M).
 
Frasa endosentris apositif adalah frasa yang unsur-unsurnya terdiri atas unsur pusat dan unsur aposisi. 

Di antara unsur-unsur itu tidak dapat dihubungkan dengan konjungsi dan atau atau. Pada frasa ini terdapat ciri khusus, yaitu unsur aposisi yang dapat menggantikan unsur pusatnya.

 
Selanjutnya frasa eksosentris juga dibagi oleh Keraf (1991) menjadi dua jenis, yaitu (1) frasa eksosentris direktif dan (2) frasa eksosentris konektif.

 Frasa eksosentris direktif adalah frasa yang salah satu unsurnya bertindak sebagai direktor dan unsur yang lainnya bertindak sebagai aksis (sumbu). 

Apabila unsur yang bertindak sebagai direktor itu berupa kata kerja dan diikuti oleh unsur lain (benda) sebagai aksis yang berfungsi sebagai objek, frasa demkian disebut frasa eksosentris direktif objektif. 

Apabila salah satu unsurnya yang bertindak sebagai direktor berupa preposisi dan diikuti unsur lain (benda) yang bertindak sebagai aksisnya, frasa tersebut dinamakan frasa eksosentris direktif preposisional. 

Selanjutnya apabila salah satu unsurnya yang bertindak sebagai direktor berupa konjungsi dan diikuti unsur lain yang bertindak sebagai aksis, frasa yang bersangkutan disebut frasa eksosentris direktif konjungtif.

 
Frasa eksosentris konektif adalah frasa yang salah satunya (biasanya beberapa kopula) bertindak sebagai konektor yang berfungsi sebagai relator (penghubung) antara unsur yang mengisi predikat (sebagai aksis dan unsur subjek.
 
Ditinjau dari kelas katanya, frasa dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu:
  1. Frasa benda (nominal)
  2. Frasa kerja (verbal)
  3. Frasa sifat (adjektiva)
  4. Frasa bilangan (numeralia)
  5. Frasa keterangan
  6. Frasa preposisional

Jenis 1 sampai 4 merupakan frasa endosentris sehingga kategori frasa yang bersangkutan sama dengan kategori unsur pusat atau unsur intinya. Jenis 5 merupakan frasa eksosentris direktif preposisional sehingga unsunya terdiri dari preposisi sebagai direktor dan unsur lain sebagai aksis. 

Dengan demikian, kategori frasa 5 tidak sama dengan kategori unsur intinya yang bertindak sebagai aksis.

  1. Frasa Nominal (benda)

Frasa nominal adalah frasa yang unsur pusatnya adalah nomina, frasa rumah baru, simbol kekerasan adalah frasa nomina karena unsur pusat dari frasa-frasa tersebut adalah rumah dan batu yang termasuk nomina. Kategori frasa tersebut sama dengan kategori unsur pusatnya.

  1. Frasa Numeralia (bilangan)

Frasa numeralia juga memiliki unsur pusat yang sama dengan kategorinya frasa tersebut, yaitu numeralia. Frasa tujuh buah misalnya memiliki unsur pusat tujuh. 

Kata yang merupakan unsur pusat ini memiliki kategori yang sama dengan kategori frasa yang dibentuk, yaitu tujuh buah.

  1. Frasa Keterangan

Frasa keterangan dibentuk oleh dua buah kata atau lebih yang berupa kata ketetangan sebagai unsut pusatnya. Kata besok ini berkategori sama dengan frasa besok pagi, yaitu keteranga. 

Demikian pula jika dilihat dari distribusi unsurnya, besok pagi dapat berdistribusi sama dengan besok yang merupakan unsur intinya.

  1. Frasa Preposisional
Frasa preposisional tidak memiliki unsur pusat dan bukan pusat melainkan direktor dan aksis. Frasa di rumah misalnya, terdiri atas di- sebagai direktor dan rumah sebagai aksis. Tidak seperti frasa endosentris, frasa ini tidak dapat saling menggantikan unsurnya.