Kebahasaan dalam Cerita atau Novel Sejarah Sastra

Kebahasaan dalam Cerita atau Novel Sejarah Sastra. Dalam karya sasta seperti cerpen atau novel tidak lepas dengan kebahasaan yang digunakan oleh penulis dalam menulis karya sastranya. 

Begitu juga dengan teks cerita sejarah sastra juga tidak terlepas dengan kebahasaan yang digunakan oleh pengarang atau penulisnya. 

Berikut ini merupakan materi tentang telaah kebahasaan dalam teks cerita atau novel sejarah. Mari sama-sama kita pelajari materi ini dengan saksama.
Kebahasaan dalam Cerita atau Novel Sejarah Sastra


1. Keterangan

Keterangan adalah fungsi kalimat yang mudah berpindah posisi. Keterangan memberikan informasi  tambahan dalam suatu kalimat. Dalam keterangan ini dapat memberikan penegesan terhadap tokoh atau latar sebuah peristiwa.

Jenis-jenis keterangan


  • Tempat contohnya di, ke, dari, di (dalam) dan pada.
  • Waktu contohnya pada, dalam,sesudah, sebelum, setelah dan selama
  • Alat contohnya dengan
  • Tujuan contohnya agar/supaya, untuk, bagi, demi dan dalam
  • Cara contohnya denganm secara dan dengan cara.
  • Penyerta contohnya denganm bersama, dan beserta
  • Perbandingan contohnya seperti, bagai, laksana
  • Sebab contohnya karena dan sebab

2. Bahasa kiasan

a. Makna simbolik

Simbol dalam cerita atau novel sejarah bisa diungkapkan dalam bahasa yang khas. Simbol yang dipakai oleh penulis atau pengarang adalah simbol-simbol yang sudah dikenal orang banyak. 

b. Ungkapan

Ungkapan yaitu gabungan dua kata atau lebih yang memberikan makna khusus atau baru. Contoh ungkapan dalam teks cerita atau novel sejarah adalah lintah darat, omong kosong, tangan kanan, keras kepala.

3. Majas

Majas atau gaya bahasa adalah cara penulis atau pengarang menggunakan bahasa sebagai media ekspresi perasaannya.

a. Majas perbandingan

  • Personifikasi, melukiskan benda suatu benda dengan memberikannya dengan sifat-sifat manusiawi seakan-akan benda tersebut mempunyai sifat seperti manusia.
  • Metafora, majas perbandingan sesuatu dengan membandingkan secara langsung dan tepat
  • Hiperbola, majas yang melebih-lebihkan suatu peristiwa atau kejadian

b. Majas sindiran

  • Ironi, menyatakan kebalikan dari suatu peristiwa atau kejadian dengan maksud menyindir
  • Sinisme, sama peserti ironi tetapi lebih kasar.
  • Sarkasme, sindiran yang paling kasar dan langsung menusuk ke perasaan

c. Majas penegasan

  • Pleonasme, menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah dipahami.
  • Repetisi, majas penegasan dalam mengulang kata atau beberapa kata.

d. Majas pertentangan

  • Antitesis, adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti
  • Paradoks, majas pertentangan yang melukiskan seolah-oleh bertentangan padahal sebenarnya tidak.


Sumber: Buku Bahasa Indonesia Kelas XII Intan Pariwara