Konsep dan Manajemen Gerak Dasar pada Anak

Belajar gerak dapat diartikan sebagai perubahan tempat, posisi, kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif. Dalam belajar gerak, latihan merupakan suatu proses yang paling utama dalam rangka peguasaan keterampilan gerak. 
Gerak mengacu pada sesuatu yang dapat diamati dalam perubahan letak beberapa bagian tubuh, Gerakan adalah tindakan puncak yang menjadi dasar proses motorik. Kata gerakan biasa diartikan secara luas namun secara umum berarti bahwa tindakan jelas dan bergerak. 
David L. Gallahue & John C. Ozmun (2006) menuliskan beberapa istilah gerakan yang sering digunakan, yaitu; 1) pola gerakan, 2) pola garakan dasar, 3) keahlian olahraga. Gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak. 
Oleh karena itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat dilakukan. Di kelas permulaan prasekolah dan sekolah dasar istilah kemampuan gerak mengacu kepada pengembangan dan penghalusan berbagai ragam gerakan dasar. 
Kemampuan gerak ini dikembangkan dan dihaluskan ke arah satu keadaan hingga anak-anak dapat menggunakannya dengan mudah dan efisien dalam lingkungannya. Apabila anak menjadi dewasa, kemampuan gerak yang dikembangkan ketika masih muda diterapkan pada berbagai ragam permainan dan olahraga lain yang diharapkan merupakan bagian dan pengalaman hidup seharian. Kemampuan gerak dasar, seperti memukul objek dan bawah, samping atau dan atas umpamanya diterapkan dan dijumpai dalam sejumlah cabang olahraga dan kegiatan rekreasi. 
Beberapa kategori gerakan (category of movement) yang dapat dimasukkan dalam menyusun permainan anak menurut David L. Gallahue & John C. Ozmun (2006) yaitu 1) kategori gerakan stabilisasi (stability movements) seperti putar pinggang, berputar ditempat, mendorong, menarik; 2) kategori gerakan lokomotif (locomotion movements) seperti benjalan, berlari, berbagai macam lompat, dan 3) kategori gerakan manipulasi (manipulative movements) seperti melempar, menangkap, menendang, memukul (gross motor) dan menjahit, mengguntung, mengetik, menggambar, mewarnai, berbagai macam seni melipat kertas (fine motor).
Manajemen Pembelajaran Gerak untuk Anak 
Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik dilakukan untuk din sendiri, bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai suatu tujuan (Muhammad Joko Susilo, 2008). Manajemen pembelajaran gerak untuk anak adalah kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang bernuansa gerak (motorik) dalam kelas. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian/asesmen dalam pembelajaran gerak. 
Kemampuan merencanakan pembelajaran gerak secara umum menurut Muhammad Joko Susio (2008) yaitu 1) kemampuan memahami tingkat pencapaian perkembangan motorik anak berdasarkan kurikulum dan tahapan perkembangan gerak dasar anak, 2) kemampuan mengembangkan silabi sesuai dengan kondisi anak, 3) mengembangkan materi ajar dalam hal ini permainan gerak, 4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, dan 5) mengembangkan instrumen penilaian gerak untuk anak. 
Jeniffer Wall & Nancy Murray (1994) mengatakan bahwa perencanaan diawali dengan melakukan pertimbangan untuk merencanakan yaitu kebutuhan anak, lingkungan, kurikulum yang digunakan, dan minat dan bakat anak. 
Tahap selanjutnya yaitu membuat perencanaan jangka panjang dalam bentuk program pengembangan tahunan, dilanjutkan dengan mengembangkan unit seperti menetapkan fokus bentuk gerak yang akan dikembangkan dan konsep gerak lalu melakukan perpaduan pada setiap unit. 
Tahap lanjutan yang dilakukan adalah mengembangkan pembelajaran. Pembelajaran gerak untuk anak terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pengenalan, tahap pengembangan konsep dan keahlian, dan tahap puncak. 
Tahap pengenalan didesain untuk mengajak anak melakukan pemanasan dengan mengembangkan kegiatan lokomotor seperti lari dan lompat, dan mengenalkan pada anak bentuk gerak yang akan dikembangkan. 
Tahap pengembangan konsep dan keahlian meliputi tahap mengenalkan konsep dan keahlian, mengetahul konsep yang dikembangkan dan pemberian penguatan, dan praktik keterampilan tersebut. 
Tahap puncak adalah tahap anak menggunakan keahlian barunya dalam bergerak, mempelajarinya, dan mengkreasikannya dalam bentuk pembelajaran. Kurikulum yang digunakan di taman kanak-kanak yaitu kurikulum 2013. Kurikulum ini menggunakan pendekatan tematik integratif dan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif adalah pembelajaran yang menggunakan tema sebagai pengait dalam pembelajaran. 
Ada enam prinsip pemilihan tema yaitu kedekatan, kekonkretan, kemenarikan, kesesuaian, ketersediaan, keinsidentalan. Enam prinsip tersebut harus dipahami guru dalam memilih tema. Tema yang dipilih kemudian dikembangkan dalam sub-sub tema yang kemudian menjadi materi sebagai bahan untuk mengembangkan pembelajaran. 
Pengembangan materi mengacu pada penjabaran 5w 1 h yaitu what, who, when, where, why, dan how (Trianto, 2011). Pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang terdiri dan lima tahapan yaltu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menghubungkan sebab akibat, dan mengkomunikasikannya. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menempatkan anak sebagai subjek utama dalam pembelajaran. Guru harus merancang pembelajaran yang sedapat mungkin mengarahkan anak pada kegiatan mengamati, memotivasi anak untuk bertanya dan apa yang diamati, bersama anak mengumpulkan berbagai informasi terkait dengan pertanyaan anak tersebut, lalu menghubungkan pengetahuan yang dimiliki anak dengan informasi baru yang diperoleh dalam tahap menghubungkan sebab akibat, dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dan proses awal sampai dengan akhir pembelajaran. 
Anak aktif dalam belajar untuk mendapatkan informasi. Kaitannya dalam pembuatan perencanaan pembelajaran gerak untuk anak, guru merancang pembelajaran yang melibatkan tema dan sedapat mungkin merancang anak untuk aktif dalam pembelajaran (Kurikulum, 2013). 
Pelaksanaan pembelajaran untuk anak menurut Slamet Suyanto (2008) meliputi beberapa prinsip yaitu 1) konkret dan dapat dilihat langsung, 2) bersifat pengenalan, 3) seimbang antara kegiatan fisik dan mental, 4) sesuai dengan tingkat perkembangan anak, 5) sesuai dengan kebutuhan individual, 6) mengembangkan kecerdasan, 7) kontekstual dan multikonteks, 8) terpadu dan 9) dilakukan sambil bermain. Prinsip ini hendaknya muncul dalam melaksanakan pembelajaran gerak untuk anak. 
Kemampuan yang ketiga yaitu kemampuan melakukan penilaian pembelajaran gerak pada anak. Penilaian pembelajaran untuk anak dilakukan untuk membuat keputusan yang jelas tentang mengajar dan belajar, mengidentifikasi masalah signifikan yang mungkin membutuhkan intervensi berfokus bagi anak-anak individual, dan membantu program meningkatkan intervensi pendidikan dan perkembangan anak (NAEYC, 2004). 
Cara untuk menilai gerak anak dalam pembelajaran gerak melalui penanaman menurut Janice J. Beaty (2013) terbagi menjadi tiga yaitu tidak terstruktur, terstruktur, transdisiplin. Penilaian tidak tenstruktur dilakukan untuk mengidentifikasi semua perilaku yang benlangsung selama sesi bermain. Penilaian terstruktur yaitu penilaian yang digunakan untuk sekumpulan perilaku bermain baku menggunakan mainan yang spesifik. Penilaian transdisiplin yaitu penilaian dengan menggunakan satu tim penilai serentak dalam mengamati anak, setiap tim mencari informasi yang spesifik. 
Penilaian ini berguna untuk mengamati perkembangan gerak anak agar dapat merancang program pembelajaran gerak yang selanjutnya. Penilalan gerak dapat dilakukan dua cara yaitu 1) penilaian dengan kriteria menggunakan skala rating, ceklist, catatan anekdot, dan tulisan jurnal; 2) penilaian pendekatan normatif menggunakan tes keahlian, dan tes kebugaran (Jennifer Wall & Nancy Murray, 1994).