Seni Bicara Guru Merupakan Faktor Keberhasilan Pembelajaran

Kemampuan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh guru jika ingin proses pembelajaran berhasil. Guru harus bisa menjabarkan materi pelajaran secara runut, terstruktur dan mudah dipahami yang disesuaikan dengan tingkat pola pikir siswa. Ibarat seorang pebisnis, seni negosiasi diperlukan untuk meyakinkan pebisnis lainnya terhadap konsep yang ditawarkannya demikian pula seorang guru sebenarnya dituntut untuk melakukan negosiasi dengan peserta didiknya. Argumentasi yang disajikan tidak boleh kehilangan rasionalitas.

Selain itu, dalam berbicara harus menghindari pemaparan yang tidak perlu sehingga tidak mengaburkan substansi materi yang diajarkan. Karenanya, dalam berbicara mesti mengontrol diri dan mengarahkan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan agar pembelajaran tidak tampak seperti mencari pengakuan diri misal siapa yang paling pintar namun pembelajaran harus diarahkan pada proses transfer pengetahuan dan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Olehnya itu, berikut beberapa hal yang harus dipahami guru sebelum memulai pembelajaran terkait dengan kemampuan berbicara

1. kepada siapa kita berbicara. 

Ini bukan membeda-bedakan tetapi semata-mata untuk menempatkan diri kita sesuai dengan kemampuan lawan berbicara. Berbicara dihadapan siswa tidak sama tidak sama dengan dihadapan berbicara sesama guru atau dihadapan orang dewasa lainnya.. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara adalah dengan siapa pun kita berbicara, gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan siswa saat mereka mengungkapkan argumentasinya dan jangan juga terlalu menguasai pembicaraan walaupun anda adalah guru yang diberi kewenangan untuk mengarahkan jalannya proses belajar mengajar.

2. apa yang harus kita sampaikan. 

Sebelum kita sampaikan materi pelajaran sebaiknya ada persiapan terlebih dahulu. Sebagai guru selalu diharapkan untuk menyiapkan sumber materi, rpp, silabus, media dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tingkat keberhasilannya jauh lebih baik ketimbang tidak ada persiapan. Bagi guru, persiapan yang matang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya karena bahan pembicaraan lebih kompleks dan padat atau guru tidak cepat kehabisan bahan atau materi sementara waktu pelajaran masih lama. 

3. kapan harus berbicara. 

Sebagai guru mesti mengetahui dan memahami situasi dan kondisi kelasnya. Ada saatnya guru perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula guru menunjukkan eksistensinya saat harus berbicara dengan siswa. Untuk mengetahui hal ini, guru harus pula belajar untuk tahu waktu. Untuk itu, guru perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi peserta didiknya.

4. di mana harus mengatakannya. 

Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, pembelajaran harus dilakukan dilapangan, taman sekolah, diperpustakaan atau laboratorium. Tapi, demi keberhasilan pembelajaran, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, pendekatan maupun strategi atau metode pembelajaran juga harus lebih variatif guna meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa tetap terjaga.

5. bagaimana mengatakannya. 

Berbicara harus dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Pada umumnya siswa selalu memperhatikan dan merekam materi pembicaraan guru. Dan biasanya, mereka menilai guru dari cara berbicara dan kata-kata pembicaraan yang sering dikatakan oleh guru. Olehnya itu, guru harus memikirkan betul-betul apa yang dikatakannya sehingga peserta didik merasa nyaman saat mendengarkan penjelasan guru, maka dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan lebih lancar.

6. bersama siapa mengatakannya. 

Kadang, saat pembelajaran berlangsung, kita lupa bahwa peserta didik yang dihadapi guru membutuhkan perhatian dan bimbingan. Pahamilah bahwa peserta didik mengaharapkan ilmu pengetahuan. Sehingga, metode pembelajaran yang diterapkan saat berbicara disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Hal ini akan lebih mudah menciptakan situasi keterbukaan dan peneriman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Usahakan pula, agar setiap yang kita sampaikan misal contoh atau pembicaraan diluar materi pelajaran tetap mengandung nilai-nilai pengetahuan dan keterampilan yang membawa kebaikan bersama.

Jadi, kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, pepatah bijak “lidahmu adalah pedangmu” bisa menjadi gambaran tepat yang menunjukkan betapa kemampuan bicara adalah salah satu kunci keberhasilan pembelajaran. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana sekaligus mampu bertahan di masa pandemi ini.