Tehnik Tata Tulis Penulis Ilmiah

Pembahasan kali ini akan diuraikan tentang susunan naskah karya tulis atau laporan kerja atau skripsi itu, terutama dari segi tekniknya. Isinya tentu tergantung pada pokok pilihan (maha-)siswa sendiri. Dalam hal ini penulis tidak akan menyinggung-nyinggung bagaimana meletakkan koma, titik, tanda tanya, serta tanda baca yang lain. Hal itu jelas termasuk dalam bidang Ejaan Yang Disempurnakan, dan menjadi tugas guru bidang studi bahasa Indonesia. 

Ketika kita membaca sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang lain, kadang-kadang kita menemukan adanya karangan yang kering sekali. Ada kemungkingan juga kurang menimbilkan selera pembaca. Namun ada juga tulisan yang menggunakan bahasa yang memikat, segara, dan menarik perhatian. Oleh sebab itu disamping memeprhatikan segi isi, sebuah karya tulis juga harus memperhatikan gaya bahasa (teknik penyampaian). 

Menulis bukan semata-mata sebagai pengungkapan diri, namun juga berarti komunikasi. Dalam hal ini juga harus diperhitungkan juga siapa calon pembaca tulisan kita. Hendaknya diusahakan agar pembaca tidak salah paham di dalam menangkap makna kalimat-kalimat yang kita tampilkan. Apabila tulisan kita tidak dipahami pembaca yang kita tuju maka tulisan kita tidaklah mempunyai arti. 

Sebuah tulisan yang berbentuk karya tulis atau skripsi pembacanya terbatas pada lingkungan tertentu. Namun demikian gaya bahasa yang kita pergunakan memberi kemungkinan yang menarik bagi calon pembaca. Kendatipun bagaimana, sebuah gaya bahasa yang hidup dan bertenaga jauh lebih memikat dari padam tulisan yang kering hal pengungkapan. Dalam hal ini bukan hanya apa yang akan kita ungkapkan yang penting, tetapi juga bagaimana cara mengatakannya. Gaya bahasa ini berkaitan erat dengan pribadi pengarangnya. 

Pemilihan Kata-kata 

Kata-kata yang akan kita tampilkan dalam sebuah tulisan turut menentukan nilai sebuah tulisan. Sebuah pikiran yang berharga, kadang- kadang menjadi tidak berarti, karena kata-kata yang untuk menjelaskannya tidak atau kurang tepat. Mengenal kata-kata untuk menjelaskan sesuatu, hal ini penting bagi seorang pengarang. Memang kata-kata itu tersusun di dalam kalimat. Namun kata-kata itu juga mempunyai tenaga juga. Tetapi bukan kata-kata yang mentereng yang kita perlukan. perhatikan kutipan di bawah : 

Dalam hal ini, tubuh manusia dapatlah diumpamakan sebagai modil. Agar dapat berjalan, mobil membutuhkan bensin, oleh karena bensin merupakan bahan bakar bagi mobil. Begitu juga manusia agar dapat berjalan, bergerak, berlari,dan sebagainya dibutuhkan bahan bakar. Bahan bakar bagi manusia bukanlah bensin seperti modil, melainkan bahan makanan yang cukup mengandung bahan bakar yaiatu bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Bagi mereka yang pekerjaan sehari-harinya banyak mengeluarkan tenaga yang berat-berat, perlu makanan bahan bakar yang banyak yaitu harus makan makan nasi, jagung, atau ketela. 

Sebenarnya apa yang hendak dikatakan penulis di atas adalah sederhana, yaitu manusia pada dasarnya membutuhkan bahan makanan yang berupa karbohidrat dan lemak. Hanya itu saja. Tetapi penulis mencoba menhadirkan suasana hidup, dengan menampilkan kata-kata yang metaforis, yang mempersonifikasikan manusia dengan mobil.

Sebuah kutipan lagi : 

Membicarakan diri seorang anak dihadapannya bersama orang lain, menurut metodik tidak bijaksana. Seorang anak akan merasa terhina kalau mengetahui bahwa kesalahan-kesalahannya disiarkan. Tetapi sebaliknya kalau kebaikan-kebaikannya yang dipamerkan di hadapan orang lain ia akan menjadi sombong sehingga tidak perlu perbaikan lagi. Sebaiknya panggilah anak itu untuk membicarakan kekurangan-kekuranganya tanpa kehadiran orang lain. 

Kata-kata yang ditampilkan sederhana, dalam arti bahasa keserasian. Namun makna yang dikandung jelas, tidak membigungkan pembaca. Kalimat- kalimat seperti di atas nampak memikiat karena sebagai pengungkapan pikiran pembaca tidak salah di dalam menafsirkan maknanya. 

Dalam hal ini memang tidak dapat dipastikan kalimat yang bagaimana yang hams dipergunakan. Hal ini tergantung pada diri penulisnya. Ada penulis yang senang menggunakan kalimat-kalimat yang menyeret emosi pembaca sehingga membangkitkan gairah pembaca untuk membaca secara keseluruhan. Tetapi ada juga penulis yang senang menampilkan kalimat-kalimat yang mengandung kejelasana arti. Dalam hal ini yang penting bahwa kalimat-kalimat yang dipergunakan harus mengandung kejelasan arti mengingat penulisan ilmiah berbeda dengan karya fiksi. 

Penggunaan Alinea 

Dalam satu alinea harus ada satu pikiran utama. Pikiran utama tersebut tercermin di dalam kalimat utama. Sedangkan kalimat-kalimat yang lain dalam alinea tersebut hanyalah berfungsi sebagai kalimat penjelas atau pengembangan. Itulah sebabnya sebuah tulisan lDl berguna untuk memudahkan pembaca di dalam memahami makna tulisan tersebut. 

Dalam hall ini yang perlu diingat sekali lagi, bahwa setiap alinea hanya ada satu pikiran utama. Apabila ada pikiran utama yang lain sebaiknya diturunkan kedalam alinea berikutnya. Sedangkan letak kalimat utama tersebut dapat diawal atau di akhir alinea. Hal ini tergantung pada keturunan dan kejelian penulis di dalam mengolah tema tersebut. 

Pembagian Penulisan 

Mengerti jenis tulisan berdasarkan fungsinya dan ukuran tulisan yang baik tidak cukup seseorang untuk memulai belajar menulis. la harus tahu juga tentang kaidah tulisan secara umum. Kaidah itu menyangkut struktur tulisan yaitu adanya, pembukaan atau pendahuluan atau pengenalan; inti/pembahasan atau pengembangan; dan penutup atau kesimpulan. Ibarat melakukan suatu perjalanan, seseorang yang akan menulis harus mengetahui terlebih dahulu, kemana ia akan pergi dan melalui jalan mana ia akan mencapai tujuan. 

Tiga struktur dalam satu tulisan itu juga dapat di ibaratkan sebagai perjalanan mendaki gunung, pendahuluan merupakan pembuka jalan, makin lama makin mendekati puncak dan kemudian berhenti. Bagian-bagian dalam satu tulisan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 

  1. Pendahuluan, merupakan pembuka suatu proyek persoalan yang akan dibahas dalam tulisan. la tidak boleh terlalu panjang apalagi memasuki pembahasan pokok persoalan. la hanya merupakan pengenalan ke arah yang akan dituju oleh penulis dalam tulisannya. Di dalam pendahuluan, dilakukan pembatasan masalah dan pengertian-pengertian sehingga pembaca sudah dibawa ke arah tertentu. Perkiraan persentase pendahuluan dari suatu keseluruhan tulisan antara 20 sampai 25 persen. 
  2. Inti/pembahasan pengembangan merupakan tahap pemasaran pokok persoalan. Bagian in kadangkala di sebut inti, pembahasan atau pengembangan. Penyebutan seperti itu tidak terlalu menjadi soal, yang penting ia dimengerti sebagai bagian yang berisi paparan persoalan pokok. Di bagian ini penulis menjalin gagasan secara sistematis dan logis dan menuangkan seluruh pemikirannya tentang pokok yang dibahas, untuk menuju kepada satu klimaks. Untuk mencapai klimaks, kelancaran ide harus tercermin, mengalir seperti air sungai. Persentase bagian ini antara 60- 70 persen dari seluruh tulisan. 
  3. Penutup/kesempatan merupakan bagian akhir tulisan yang berisi kesimpulan, saran atau pendapat penulis tentang pokok persoalan yang dikemukakannya sebagai arahan bagi pembaca. Ada dua cara menuliskan penutup. Pertama, penutup yang bersifat terbuka, yaitu dengan memberi peluang atau kesempatan kepada pembaca agar menarik kesimpulan sendiri mengenai pokok persoalan yang dibahas. Kedua, penutup yang bersifat tertutup, yaitu penutup tulisan yang menyodorkan pendapat yang bersifat akhir. Pendapat yang bersifat akhir itu dibuat penulis dan disodorkan kepada pembaca tanpa ada kesempatan bagi pembaca untuk menarik kesimpulan sendiri.