Pembentukan Chou Sangi In Masa Pendudukan Jepang

tahun 1942 posisi pasukan tentara Jepang di Pasific mulai terdesak Untuk menarik dukungan penduduk di negara jajahan, Jepang merencanakan memberi kemerdekaan kepada Birma (Sekarang Myanmar) dan Filipina. Rencana itu tidak menyebut nasib lndonesia. Oleh karena itu, ir. Soekarno dan Moh. Hatta mengajukan protes kepada Jepang.
Menanggapi protes dan ancaman dan tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia, pemerintah Jepang kemudian menempuh kebijaksanaan partisipasi politik. Maksudnya, memberikan peran aktif kepada tokoh-tokoh indonesia di dalam lembaga pemerintahan. Dengan demikian, telah diambil langkah-langkah sebagai berikut
1) Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Chua Sangi In).
2) Pembentukan Dewan Pertimbangan Keresidenan (Chua Shangi Kai).
3) Tokoh-tokoh Indonesia diangkat sebagai penasihat di berbagai departemen.
4) Pengangkatan orang-orang indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya. 
Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut, maka pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan (Kumaikici Harada) mengeluarkan Osamu Seirei No. 36 dan 37 tentang pembentukan Chuo Sangi In dan Chuo Sangi Kai. Hal yang boleh dibahas atau dirundingkan dalam Chuo Shangi In, antara lain:
1) pengembangan pemerintahan militer, 
2) mempertinggi derajat rakyat, 
3) pendidikan dan penerangan, .
4) industri dan ekonomi,
5) kemakmuran dan bantuan sosial, serta
6) kesehatan
Pada Sidang Chuo Sangi In I tangga! 17 Oktober 1943, dilantik secara resmi ketua Chuo Sangi In, yakni Soekarno dan dua orang wakil ketua, yakni R. M. A A Kusumo Utoyo dan dr. Buntaran Martoatmojo. Anggota Chuo Sangi In boleh mengajukan usul-usul, tetapi semua keputusan tergantung pada pemerintah di Tokyo.
Pada tanggal 15 November 1943, delegasi Chua Sangi In yang terdiri atas Ir. Soekarno,Moh. Hatta, dan Bagus Hadikusumo diundang ke Jepang. Pada kesempatan pertemuan dengan PM Tojo, delegasi Chuo Sangi In minta agar Indonesia diizinkan mengibarkan bendera Sang Merah Putih dan diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan lndonesianRaya, serta mendesak agar Indonesia disatukan dalam satu pemerintahan. Permintaan ini ditolak PM Tojo.
Pada tahun 1944, Jepang semakin terdesak di dalam Perang Asia Timur Raya. Kemunduram kemunduran pasukan Jepang dan masalah-masalah lain yang dihadapi menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo. Ia kemudian digantikan oleh PM Koiso pada tanggal 18 Juli 1944.
Pada masa pemerintahan PM Koiso, situasi perang semakin memburuk, Jepang semakin terdesak untuk mendapatkan dukungan bangsa indonesia dalam berbagai pertempuran, Pada tanggal 7 September 1944, PM Koiso mengeluarkan pemyataan bahwa lndonesia akan diberi kemerdekaan di kemudian hari. Pernyataan ini kemudian terkenal dengan sebutan Janji Koiso.
Dari segi perjuangan untuk segera mencapai kemerdekaan, keberadaan Chua Sangi In tidak banyak berarti. Akan tetapi adanya badan itu semakin menambah wawasan dan pengalaman bagi para anggota. Hal ini penting, karena para anggota Chua Sangi In umumnya adalah para Pejuang nasionalis yang bercita-cita mencapai kemerdekaan.